Juli 17, 2008

Mari Bangkit Menulis!

Seberapa besar minat kepenulisan di negeri ini? Seberapa besar bila dibandingkan dengan nafsu konsumtif-kapitalistik yang menjangkiti kehidupan masyarakat kita?

Saya kaget bin kagum setengah miris saat membaca sebuah koran hari ini. Tahun ini penjualan otomotif di negeri ini mencapai hampir 20 ribu. Volume tersebut naik dua kali lipat dibanding tahun lalu.

Sementara, di dunia perbukuan, tahun 2007, kita baru bisa menghasilkan mencapai 12.000 judul buku. Kalau dirata-rata, setiap tahun, negeri kita ini hanya mampu menghasilkan 10 ribu judul buku, yang 90 persennya merupakan karya terjemahan.

Ada apa ini? Kenapa bisa muncul anomali yang menyedihkan seperti ini? Di tengah krisis ekonomi yang konon belum berlalu plus kenaikan sejumlah harga barang yang didorong naiknya BBM, pasar otomotif tumbuh subur sedang pasar perbukuan tidk makin baik. Kondisi serupa setali tiga uang dengan tumbuhnya mal-mal baru yang pertumbuhannya saya kira lebih cepat dari cendawan malah. Sedang toko buku? Kalaupun mungkin jumlahnya bertambah, tapi pertumbuhannya saya sebut “malu-malu kucing”. Bahkan, yang saya amati, beberapa toko buku malah kolaps.

Ah mungkin tidak relevan membandingkan dunia buku dan otomotif. Sebab keduanya ranah yang berbeda. Tetapi kalau merujuk pada pasar yang sama-sama manusia (baca: masyarakat kita), kondisi ironis bin menyedihkan itu yang bakal terpampang.

Tapi baiklah mari kita bandingkan dalam ranah yang sama. Di Jepang, setiap tahunnya menerbitkan 60.000 judul buku—kita cuma seperenamnya. Secara volume, Jepang setiap tahun mampu memproduksi 715 juta eksemplar. Sedang negeri kita cuma tiga juta eksemplar.

Lagi-lagi kita kalah telak. Mau dibandingkan dengan cara apapun, sekali lagi, situasi menyedihkan seperti di atas yang muncul. Seharusnya, Indonesia berpenduduk 200 juta jiwa lebih, bisa jauh lebih banyak produksi bukunya. Namun sayangnya seperti itulah realitasnya.

Patut kita akui, kondisi perbukuan negeri ini masih jauh tertinggal dari negara-negara lain. Dan hal itu, terlepas dari faktor daya beli, menurut saya justru persoalan utamanya terletak pada sangat sedikitnya jumlah penulis. Karena sebaik apapun kondisi pasar, bila tak ada yang menulis, maka buku atau jenis tulisan apapun tak pernah tercipta.

Tak ada angka pasti berapa sebetulnya jumlah penulis di negeri ini. Akan tetapi bila merujuk dari jumlah buku yang diterbitkan, anggaplah kita punya seribu penulis yang setiap tahunnya melahirkan satu buku. (Ingat dari 10 ribu judul, 90 persennya merupakan karya terjemahan).
Tapi sebegitu sedikitkah? Baiklah. Kita naikkan saja jadi dua kali lipatnya menjadi dua ribu penulis. Namun, sekali lagi, bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ratusan juta, alamak…lagi-lagi kita harus mengelus dada.

Itu baru dari soal jumlah penulis. Belum bicara mengenai kualitas penulis. Boleh saja kita berbangga punya Habiburrahman El-Shirazy dengan Ayat-Ayat Cinta-nya. Atau Andrea Hirata—yang saat pertama kali dengar namanya saya kira bukan orang Indonesia—lewat tetralogi Laskar Pelangi. Atau mungkin juga Tung Desem Waringin—yang mungkin lebih pas kalau disebut sebagai pakar marketing daripada penulis—dengan Marketing Revolution.

Tapi mana pernah ada karya tulis bangsa ini yang mampu berbicara di tingkat dunia? Meraih Nobel Sastra misalnya. Mungkin anda bisa bilang Almarhum Pramudya Ananta Toer yang karya-karyanya diterjemahkan ke berbagai bahasa. Tetapi, beliau pun hanya “cukup” sampai dinominasikan saja. Dan setelahnya, saya rasa belum ada yang bisa mendekati kaliber beliau.

Daripada susah-susah membicarakan soal kualitas, hal pertama yang perlu ditangani menurut saya adalah pada peningkatan jumlah penulis. Karena begitu jumlah penulis meningkat, maka tingkat kompetisipun meningkat. Harapan akhirnya, mutu atawa kualitas penulis turut meningkat.

Menurut saya, salah satu jalan yang bisa meningkatkannya, selain lewat berbagai kompetisi penulisan maupun peningkatan jumlah penerbit, adalah lewat sekolah. Karena sekolah dalam berbagai tingkatannya keberadaaanya menjangkau sampai seluruh pelosok Nusantara. Usul saya, sekolah bisa dijadikan sebagai tempat penyemaian penulis muda. Terlebih memang, sekolah sumber “peradaban”-nya berasal dari tulisan. Maksudnya, sekolah tak bisa dilepaskan dari dunia tulisan

Kondisi saat ini, sekolah mungkin lebih disibukkan dengan urusan pembelajaran dan kelulusan siswa-siswinya. Sehingga hal-hal yang mungkin tak terkait langsung dengan kedua hal tersebut, relatif dikesampingkan. Hal yang wajar memang.

Namun bila kita ingin mengubah kondisi buruk di atas, sekolah bisa dijadikan sebagai salah satu penggeraknya. Karena dengan sebaran yang luas, serta jumlah anak didik yang sangat besar, secara cepat jumlah penulis bisa ditingkatkan dnegan signifikan.

Konkretnya? Bisa dengan optimalisasi media siswa, entah majalah dinding, media cetak, atau blog. Memang benar, sejauh ini sebagian sekolah mungkin sudah memiliki medianya. Namun, saya rasa belum optimal. Faktornya bisa bermacam-macam. Seperti proses pembuatan media yang asal-asalan, kurangnya dukungan sekolah, dan sebagainya. Satu jalan yang saya kira bisa memecahkannya adalah dengan menciptakan hubungan antara penerbit dengan media sekolah. Jelasnya, penerbit dan sekolah bekerjasama untuk mendidik serta menerbitkan karya siswa.

Para siswa dididik dengan pelajaran penulisan. Serta iming-iming diterbitkannya karya mereka yang tentunya sesuai standar yang telah ditetapkan. Dengan begitu, minat menulis pasti meningkat. Otomatis, jumlah penulis negeri ini pun turut terdongkrak. Lainnya? Dengan melakukan hal yang sama kepada para guru. Saya yakin, bila ini dilakukan secara benar dan berkelanjutan, muaranya bukan saja kepada meningkatnya volume buku, tapi peningkatan daya saing bangsa ini.

Mau tak mau upaya peningkatan kuantitas dan kualitas kepenulisan negeri ini harus lebih ditingkatkan. Sebab dari situlah kemajuan dan peradaban suatu bangsa dibangun. Lewat pena, kita bisa bangkit dan berjaya. Saya yakin itu…

Read more...

1 komentar:

  1. Merangkai kata menjadi bermakna.

    Salam,

    Penjaga Sanggar mepet Sawah

    http://elfarid.multiply.com

    BalasHapus

Ayo menulis untuk kemajuan bangsa ini. Saya tunggu komentar anda... :-)

Web Hosting