September 06, 2008

Pemberontakan Jokpin

Membaca puisi-puisi Joko Pinurbo seperti merasakan adanya pemberontakan luar biasa yang terjadi. Terhadap model, gaya, dan corak puisi tempo dulu. Joko Pinurbo atau Jokpin telah menghadirkan kebaruan yang mendobrak rezim puisi masa lalu. Lewat puisi pula tentunya.

Bila pada masa sebelumnya, puisi seolah terjebak pada strukturalime yang akut. Puisi diformulakan sebagai barisan kata yang ringkas-padat-bernas. Yang tak boleh tidak harus menjadikannya ibarat "rumus matematika". Bukan dalam substansinya, tapi bentuknya. Puisi Jokpin tidak. Kerap dalam puisinya kata-kata membanjir, membludak. Menganak sungai sampai akhirnya melaut. Mungkin Jokpin ingin merubuhkan marka pemahaman tentang puisi dan prosa yang dipahami banyak orang selama ini. Bahwa puisi itu harus pendek dan dibaca dengan terpatah-patah. Sedang prosa kebalikannya. Itu kesan pertama saya.

Pemberontakan lainnya tampak dalam penyajiannya yang jauh dari tipe kebanyakan puisi yang cenderung "serius". Kesan main-main sangat jelas terlihat dari sebagian besar puisinya. Meski terkesan bermain-main kata, tapi tetap terasa ada satire yang membuncah. Semacam sindiran terhadap hal-hal kecil di keseharian kita. Tentang celana, tentang telepon genggam, tentang tubuh terutama.

Pun semuanya itu disampaikannya dengan jelas. Tanpa keruwetan permenungan yang biasa dilakukan puisi lirik. Namun tetap full meaning.

Puisi Jokpin juga tidak sentimentil. Menghindarkan diri dari kesedihan yang biasa diidap para perasa. Sebaliknya, penuh dengan kerianggembiraan khas anak-anak. Jenaka dan penuh tawa. Meski tentu orang dewasa pun bisa menikmati dengan nikmat. Dengan senyuman kecil kalau sulit terbahak-bahak.

Lepas dari apapun, yang jelas puisi Jokpin menghadirkan rasa fresh dalam kering-kerontang jagad perpuisian tanah air. Menampilkan pemberontakan terhadap kemapanan arsitektur puisi kita kini.

Dan memang tak lepas dari sifat dasar puisi sendiri. Yang kata Nirwan Ahmad Arsuka begini. "Puisi memang punya daya tenung, yang mampu menerobos hati dan benak dengan cara yang bukan penyair hanya bisa memimpikannya."

Read more...

3 komentar:

Ayo menulis untuk kemajuan bangsa ini. Saya tunggu komentar anda... :-)

Web Hosting